Strategi Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Ternak di Musim Hujan
Keywords:
Ternak, Penyakit Ternak, Musim Hujan, Penyakit Ternak Musim Hujan, Penyakit UnggasAbstract
Musim hujan di Indonesia bukan sekadar fenomena cuaca yang ditandai oleh meningkatnya curah hujan dan suhu yang menurun, melainkan sebuah fase iklim kompleks yang membawa dampak besar terhadap sistem produksi ternak nasional. Secara klimatologis, periode ini dicirikan oleh kelembapan relatif (Relative Humidity/RH) yang tinggi—sering kali mencapai lebih dari 90%—serta intensitas hujan yang tinggi dan distribusi yang tidak merata. Kondisi tersebut memicu perubahan drastis dalam keseimbangan lingkungan peternakan, baik dari segi fisiologi hewan, perilaku patogen, maupun stabilitas ekosistem mikro di sekitar kandang dan lahan hijauan. Dalam konteks epidemiologi, musim hujan berfungsi sebagai tipping point—atau titik perubahan—yang menggeser keseimbangan antara tiga komponen utama dalam konsep “Trias Epidemiologi”: inang (ternak), agen penyakit (virus, bakteri, dan parasit), serta lingkungan tempat ketiganya berinteraksi. Ketika salah satu unsur dalam trias ini terganggu, misalnya lingkungan menjadi ekstrem lembap, maka dua unsur lainnya akan merespons dalam arah yang sering kali memperburuk risiko penyakit.
Pada tataran fisiologis, hewan ternak menghadapi tekanan adaptasi yang cukup berat selama musim hujan. Penurunan suhu lingkungan, paparan angin kencang, serta kondisi kandang yang dingin dan lembap menyebabkan terjadinya stres termal atau cold stress. Respons tubuh terhadap stres ini bersifat hormonal dan sistemik. Peningkatan sekresi hormon kortisol, yang merupakan penanda stres kronis, menyebabkan efek imunosupresif—yaitu menurunkan kemampuan sistem kekebalan tubuh dalam mengenali dan melawan agen penyakit. Akibatnya, hewan yang sebelumnya sehat dan resisten terhadap infeksi ringan dapat mengalami penurunan ketahanan hingga menjadi rentan terhadap penyakit yang umumnya bersifat oportunistik. Kondisi ini menjelaskan mengapa pada musim hujan sering ditemukan kasus peningkatan kejadian penyakit saluran pernapasan, infeksi kulit, serta gangguan pencernaan yang disebabkan oleh mikroba patogen yang sebenarnya selalu ada di lingkungan kandang.
Downloads
Published
Issue
Section
License
Copyright (c) 2025 Muhamad Imam Ngasim (Author)

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
How to Cite
Similar Articles
- Muhamad Imam Ngasim, Strategi Pengendalian Simultan Wereng Batang Coklat (Nilaparvata lugens) dan Penyakit Blas (Pyricularia oryzae) pada Ekosistem Padi Sawah Musim Basah , AGRINOW! : Buletin Pertanian: Vol. 1 No. 2 (2025): AGRINOW! : Buletin Pertanian
- Muhamad Imam Ngasim, Mengapa Curah Hujan Tinggi Meningkatkan Risiko Penyakit Jamur pada Tanaman Hortikultura? , AGRINOW! : Buletin Pertanian: Vol. 1 No. 1 (2025): AGRINOW! : Buletin Pertanian
- Muhamad Imam Ngasim, Mengenal Klasifikasi Bentuk Kehidupan Tumbuhan Menurut Raunkiaer , AGRINOW! : Buletin Pertanian: Vol. 1 No. 1 (2025): AGRINOW! : Buletin Pertanian
- Muhamad Imam Ngasim, Fitopatologi : Ilmu, Sejarah, dan Peran Pentingnya dalam Pertanian Modern , AGRINOW! : Buletin Pertanian: Vol. 1 No. 1 (2025): AGRINOW! : Buletin Pertanian
- Febiola Nadya Ayu Adinda, Pertanian Terapung (Floating Agriculture) Bangladesh sebagai Strategi Ketahanan Pangan dan Resiliensi Iklim di Lahan Rawa Indonesia , AGRINOW! : Buletin Pertanian: Vol. 1 No. 2 (2025): AGRINOW! : Buletin Pertanian
You may also start an advanced similarity search for this article.


