Pertanian Terapung (Floating Agriculture) Bangladesh sebagai Strategi Ketahanan Pangan dan Resiliensi Iklim di Lahan Rawa Indonesia

Authors

Keywords:

Pertanian terapung, Ketahanan pangan, Resiliensi iklim, Lahan rawa, Adaptasi perubahan iklim

Abstract

Perubahan iklim global kini memicu semakin sering dan lamanya kejadian cuaca ekstrem, khususnya banjir besar yang muncul secara tidak terduga maupun berulang dalam satu musim. Peristiwa banjir yang intensif ini tidak hanya merusak infrastruktur, tetapi juga mengganggu stabilitas ekosistem dan aktivitas produksi pangan. Dampak yang paling terasa adalah menurunnya ketersediaan lahan pertanian produktif akibat genangan air yang bertahan berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Kondisi ini menjadi ancaman serius bagi negara-negara dengan ketergantungan tinggi pada sektor pertanian sebagai penopang ekonomi maupun sebagai sumber utama ketahanan pangan masyarakat.

Situasi tersebut memaksa berbagai negara untuk mencari solusi adaptasi yang dapat diterapkan secara cepat, terjangkau, dan tetap ramah lingkungan. Pendekatan adaptasi yang ideal tidak hanya mampu mengurangi kerentanan petani terhadap risiko banjir, tetapi juga berpotensi meningkatkan kapasitas mereka dalam menghadapi ancaman jangka panjang. Oleh karena itu, strategi adaptif yang dipilih harus bersifat efisien dari segi biaya, mudah diproduksi atau diterapkan di tingkat komunitas, serta berkelanjutan sehingga dapat memberikan manfaat dalam jangka panjang tanpa menimbulkan dampak ekologis tambahan.

Salah satu sumber inspirasi penting dalam pengembangan strategi adaptasi adalah pengetahuan lokal atau kearifan tradisional yang telah teruji oleh waktu. Pengetahuan ini sering kali dikategorikan sebagai teknologi sederhana dan berbiaya rendah (Low-Cost, Low-Technology/LCLT), namun justru menghasilkan dampak besar dalam meningkatkan ketahanan masyarakat terhadap bencana. Keunggulan pendekatan berbasis pengetahuan lokal terletak pada kesesuaiannya dengan kondisi sosial, ekonomi, dan geografis setempat, sehingga dapat diadaptasi dengan lebih mudah dibandingkan teknologi modern yang kerap membutuhkan investasi besar dan pengetahuan teknis yang rumit.

Salah satu praktik lokal yang telah terbukti efektif adalah Pertanian Terapung (Floating Agriculture/FA) dari Bangladesh. Sistem ini muncul sebagai respons kreatif masyarakat terhadap keterbatasan lahan akibat banjir berkala. Dengan memanfaatkan bahan organik seperti enceng gondok, jerami, dan gulma air sebagai dasar rakit pertanian, masyarakat mampu menciptakan platform tanam yang mengapung stabil di atas permukaan air. Pendekatan ini bukan hanya menghadirkan solusi untuk mempertahankan produksi pangan selama musim banjir, tetapi juga menawarkan peluang baru bagi pertanian berkelanjutan di wilayah yang secara ekologis rentan. Pertanian Terapung menjadi bukti bahwa tantangan lingkungan dapat diubah menjadi peluang inovatif, sekaligus menunjukkan bagaimana pengetahuan tradisional dapat berkontribusi nyata terhadap ketahanan agraria di tengah krisis global.

References

Abdillah, N., Junaidi, E. K., & Tafakresnanto, C. (2024). Pertumbuhan dan Produksi Labu Air (Lagenaria siceraria) pada Perlakuan Dosis Pupuk Majemuk NPK dan Pupuk Organik Cair.

Cahyana, D., Sarwani, M., & Noor, M. (2022). Trivia rawa: serba serbi sumber daya lahan rawa. UGM PRESS.

Hasyim, N. A. (2016). Potensi Fitoremediasi Eceng Gondok (Eichornia Crassipes) Dalam mereduksi logam berat seng (Zn) dari perairan danau tempe kabupaten wajo. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

Laia, M. (2025). Kontribusi Enceng Gondok (Eichhornia Crassipes) Terhadap Kualitas Air Dalam Sistem Akuakultur Berbasis Fitoremediasi. Jurnal Perikanan Dan Kelautan, 2(1), 187–193.

Lanslor, T., Eskelner, M., & Bakers, M. (2020). Sejarah Pertanian. Cambridge Stanford Books.

Luthfia, A., Sungkowo, A., & Yudono, A. R. A. (2021). Pengelolaan Ekosistem Rawa Lebak di Kecamatan Sukoharjo dan Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah. Prosiding Seminar Nasional Teknik Lingkungan Kebumian SATU BUMI, 2(1).

Muis, I., Siaulhak, S., Sacita, A. S., Agusta, H., & Kurniawati, A. (2024). Pengurangan Risiko Kegagalan Panen Melalui Sistem Budidaya Padi Organik Rakit Apung Tangguh Bencana. Madaniya, 5(4), 2180–2185.

Noor, M., & Sulaeman, Y. (2022). Pemanfaatan dan Pengelolaan Lahan Rawa: Kearifan Kebijakan dan Keberlanjutan. UGM PRESS.

Panongahan, I. I. (2023). Rancang Bangun Sistem Rakit Apung Menggunakan Bola Pelampung Di Rawa Lebak [Sriwijaya University].

Putra, S. S., Holden, J., & Baird, A. J. (2021). The effects of ditch dams on water‐level dynamics in tropical peatlands. Hydrological Processes, 35(5), e14174.

Rahmani, D. R. (2021). Urban Floating Farming: Potensi Kearifan Lokal Pertanian Lahan Basah di Perkotaan. UrbanGreen Central Media.

Rusdiansyah, A., Fitriati, U., Chandrawidjaja, R., Arief Rahman, A., & Riduan, R. (2019). Dasar Pengembangan Lahan Rawa. ULM Press.

Wallace-Wells, D. (2019). Bumi yang tak dapat dihuni. Gramedia pustaka utama.

Downloads

Published

19-11-2025

How to Cite

Adinda, F. N. A. (2025). Pertanian Terapung (Floating Agriculture) Bangladesh sebagai Strategi Ketahanan Pangan dan Resiliensi Iklim di Lahan Rawa Indonesia. AGRINOW! : Buletin Pertanian, 1(2), 34-50. https://ejournal.rumahtani.com/index.php/AgriNow/article/view/13

Similar Articles

You may also start an advanced similarity search for this article.